Saat Bingung Memilih Pasangan
30 04 2007
Penulis : Abu Aufa
Sumber : http://www.dudung.net
Dalam memilih pasangan
hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk
memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam
Islam yang namanya ‘kufu’ ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah
berhak memilihkan jodoh untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski
makna kufu paling umum dikalangan para ulama adalah seagama.
Namun makna-makna yang
lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan,
dengan demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN
PEREMPUAN. Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan
mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, merupakan keniscayaan
hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada
setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri. Aisyah Ra
berkata, “Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia
melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan”
Rasulullah pun bersabda,
“Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang fasik
maka dia telah memutus rahimnya” (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah
memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya
seraya minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi
menjawab, “Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan
(alias gampang memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir
tidak memiliki harta yang banyak.” Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid
bin Haritsah.
Dan untuk memantapkan
pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat
istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara
berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA
ITULAH YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH
DIIKUTI. Tetapi perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri
seseorang sering yang lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena
itu perlu dilakukan berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu
keputusan yang dominan adalah selera semata atau dominasi istikharah
agak sulit, kecuali dengan berkali-kali, sekalipun salah satu tanda
bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah dimudahkannya urusan
tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat yang mutlak.
0 komentar:
Posting Komentar